Nilai
Pendidikan Sholat Berjamaah
Kata "jama'ah" berarti kumpul. Sholat
berjamaah dari segi bahasa artinya sholat yang dikerjakan bersama-sama oleh
lebih dari satu orang. Sedangkan menurut pengertian syara' adalah sholat yang
dikerjakan bersama-sama oleh dua orang atau lebih, salah seorang diantaranya
bertindak sebagai imam sedangkan lainnya manjadi ma'mum.[1]
Shalat jama'ah dapat dilakukan paling sedikit oleh dua
orang dan dapat dilaksanakan di rumah, surau, masjid atau tempat layak lainnya.
Tempat yang paling utama untuk mengerjakan shalat fardhu adalah di masjid,
demikian juga shalat jama'ah. Makin banyak jumlah jama'ahnya makin utama dibandingkan dengan shalat jama'ah yang sedikit pesertanya. Lebih
dari itu sholat berjamaah juga mempunyai nilai pendidikan yang tinggi, di
antara nilai-nilai shalat itu adalah:
1.
Shalat mendidik
untuk menyucikan diri dari sifat-sifat buruk. “Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS al-Ankabut [29]: 45).
2.
Shalat mendidik
kesatuan dan persatuan umat. Orang shalat menghadap ke satu tempat yang sama,
yaitu Baitullah. Hal ini menunjukkan pentingnya mewujudkan persatuan dan
kesatuan umat. Perasaan persatuan ini akan menimbulkan saling pengertian dan
saling melengkapi antarsesama.
3.
Shalat mendidik
disiplin waktu. Setiap yang shalat selalu memeriksa masuknya waktu shalat,
berusaha menunaikannya tepat waktu, sesuai ketentuan, dan menaklukkan nafsunya
untuk tidak tenggelam dalam kesibukan duniawi.
4.
Shalat mendidik
tertib organisasi. Menyangkut tertibnya jamaah shalat yang baris lurus di
belakang imam dengan tanpa adanya celah kosong (antara yang satu dan jamaah di
kanan kirinya) mengembalikan kaum Muslimin pada perlunya nidzam (tertib
organisasi).
5.
Shalat mendidik
ketaatan kepada pemimpin. Mengikuti gerakan imam, tidak mendahuluinya walau
sesaat, menunjukkan adanya ketaatan dan komitmen atau loyal, serta meniadakan
penolakan terhadap perintahnya, selama perintah itu tidak untuk bermaksiat.
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah SWT.” (HR
Ahmad).
6.
Shalat mendidik keberanian mengingatkan
pimpinan. Jika imam lupa, makmum mengingatkannya (membaca subhanallah), hal ini
menunjukkan keharusan rakyat untuk mengingatkan pemimpinnya jika melakukan
kesalahan.
7.
Shalat mendidik
persamaan hak. Pada shalat berjamaah, dalam mengisi shaf tidak didasarkan pada
status sosial jamaah, tidak pula memandang kekayaan atau pangkat, walau dalam
shaf terdepan sekalipun. Gambaran ini menunjukkan adanya persamaan hak tanpa
memedulikan tinggi kedudukan maupun tua umurnya.
8.
Shalat mendidik
hidup sehat. Shalat memberikan kesan kesehatan, yang diwujudkan dalam gerakan
di setiap rakaat, yang setiap harinya minimal 17 rakaat secara seimbang. Hal
ini merupakan olahraga fisik dengan cara sederhana dan mudah gerakannya.
Jika nilai-nilai shalat tersebut di atas diejawantahkan
dalam kehidupan setiap Muslim maka tidak menutup kemungkinan perubahan ke arah
yang lebih baik akan dapat terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar